Ringkasan Perang Badar al-Kubra
Mendengar berita mengenai rencana kedatangan kafilah perdagangan kaum Quraisy dari Syam di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb, Rasulullah saw mengajak kaum Muslimin langsung di bawah pimpinannya untuk memintas dan menghalang kafilah tersebut dengan sebab sebagai ganti atas kekayaan mereka yang dirampas oleh sebahagian kaum Musyrikin di Makkah. Anjuran Rasulullah saw ini hanya disahut oleh sebahagian kaum Muslimin kerana sebahagian yang lain menyangka tidak akan terjadinya peperangan.
Di tengah perjalanan menuju Mekkah, Abu Sufyan mendengar bahawa kafilahnya akan dihadang oleh kaum Muslimin. Maka dihantarkannya seorang utusan bernama Dhamdham bin Amir al-Ghiffari ke Mekkah untuk menyampaikan berita kepada kaum Quraisy dan meminta bantuan pasukan untuk menyelamatkan harta kekayaan mereka. Setelah mendengar berita ini, seluruh kaum Quraisy dengan serta merta mempersiapkan diri, bersiap penuh dan berangkat keluar dengan tujuan perang. Tak seorang pun dari tokoh Quraisy yang tertinggal dari keberangkatan pasukan yang berjumlah 1000 orang kecuali Abu Lahab.
Sementara itu, menurut riwayat Ibnu Ishaq, Rasulullah saw keluar bersama 314 sahabatnya pada suatu malam di bulan Ramadhan dengan membawa 70 ekor unta. Setiap unta ditunggangi secara bergantian oleh dua atau tiga orang. Mereka tidak mengetahui akan keberangkatan bala bantuan kaum Quraisy tersebut. Dlam pada itu, kafilah Abu Sufyan telah berhasil meloloskan diri dan menyusuri air mata Badar dengan melalui jalan persisir pantai menuju ke arah Mekkah. Akhirnya ia berhasil menyelamatkan kafilah dan perniagaannya dari ancaman bahaya.
Setelah mendengar keberangkatan kaum Quraisy, Rasulullah saw segera meminta pandangan dari para sahabatnya. Kaum Muhajirin mendokong dan memandang baik pendirian Baginda. Di antaranya al-Miqdad bin Amir dengan tegas menyatakan: “Ya Rasulullah, laksanakanlah apa yang diperintahkan Allah kepada anda. Kami tetap bersama anda.” Tetapi Rasulullah saw terus memandang ke arah mereka dan berkata: “Kemukalah pandangan kalian kepadaku, wahai manusia.” Kemudian Sa’ad bin Mu’adz menjawab: “Demi Allah, nampaknya anda menghendaki ketegasan sikap kami wahai Rasulullah.” Nabi saw menjawab: “Benar!” Sa’ad berkata: “Kami telah beriman kepada anda dan kami pun membenarkan kenabian dan kerasulan anda. Kami juga telah menjadi saksi bahawa apa yang telah anda bawa adalah benar. Atas dasar itu kami telah menyatakan janji dan kepercayaan kami untuk sentiasa taat dan setia kepada anda. Laksanakanlah apa yang anda kehendaki, kami tetap bersama anda. Demi Allah, seandainya anda menghadapi lautan dan terjun ke dalamnya, kami pasti akan terjun bersama anda.”
Mendengar jawapan Sa’ad itu, Rasulullah saw merasa puas dan senang, kemudian Baginda memerintahkan:
“Berangkatlah dengan hati gembira, kerana sesungguhnya Allah swt telah menjanjikan kepadaku salah satu di antara dua golongan. Demi Allah, aku seolah-olah melihat tempat-tempat mereka bergelimpangan.”
Setelah itu Rasulullah saw mulai mencari berita tentang pasukan kaum Quraisy melalui para perisik yang disebarkan, sehingga kaum Muslimin mengetahui bahawa mereka berjumlah sekitar 900 ke 1000 orang dan bahawa mereka datang disertai oleh hampir seluruh tokoh kaum Musyrikin.
Sebenarnya Abu Sufyan telah mengirimkan seorang utusan kepada pasukan Musyrikin memberitahukan bahawa kafilahnya telah selamat. Tetapi Abu Jahal tetap berkeras untuk melanjutkan perjalanan, lalu berkata:
“Demi Allah, kami tidak akan pulang sebelum tiba di Badar. Di sana kami akan tinggal selama tiga hari, memotong ternak, makann beramai-ramai dan minum arak sambil menyaksikan perempuan-perempuan menyanyikan lagu-lagu hiburan. Biarlah seluruh Arab mendengar tentang perjalanan kita semua dan biarlah mereka tetap gentar kepada kita selama-lamanya.”
Kemudian mereka bergerak sampai tiba di pinggir sebelah seberang lembah Badar. Sedangkan Rasulullah saw telah tiba di pinggir lembar seberang lain dengan posisi nyaris berhadapan dengan lawan, dekat mata air Badar. Habbab bin Mundzir bertanya kepada Nabi saw:
“Ya Rasulullah, apakah dalam memilih tempat ini anda menerika wahyu dari Allah swt yang tidak dapat diubah lagi? Ataukah berdasarkan tipu muslihat peperangan?” Rasulullah saw menjawab, “Tempat ini ku pilih berdasarkan pendapat dan tipu muslihat peperangan.” Habbab mengusulkan, “Ya Rasulullah, jika demikian, ini bukan tempat yang tepat. Ajaklah pasukan berpindah ke tempat air yang berdekatan dengan musuh, kita membuat kubu pertahanan di sana dan menggali sumur-sumur di belakangnya. Kita membuat kubangan dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian kita akan berperang dengan keadaan mempunyai persediaan air minum yang cukup, sedangkan musuh tidak memperoleh air minum.” Rasulullah saw menjawab, “Pendapat mu sungguh baik.”
Rasulullah saw kemudian bergerak dan pindah ke tempat yang diusulkan oleh Habbab ra.
[
Ibnu Hisyam di dalam Sirah-nya meriwayatkan hadis Habbab bin Mundzir ini dari Ibnu Ishaq dari orang-orang Bani Salmah. Dengan demikian, apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam ini adalah riwayat dari orang-orang majhul (tidak diketahui). Al-Hafiz Ibnu Hajar menyebutkan hadis ini di dalam al-Ishabah dan diriwayatkan dari Ibnu Ishaq dari Yazid bin Ruman dari ‘Urwah bin Zubair, di dalam kisah Badar. Sanad ini Shahih. Al-Hafiz Ibnu Hajar adalah seorang yang dapat dipercaya (tsiqah) dalam mengutip dan meriwayatkan. Lihat al-Ishabah, 1/302.]
Di samping itu Sa’ad bin Mu’adz mengusulkan supaya dibuatkan kemah untuk Nabi saw sebagai tempat perlindungan dengan harapan supaya bila ada sesuatu dan hal yang tidak diharapkan terjadi, Nabi saw dapat kembali dengan mudah dan selamat kepada kaum Muslimin di Madinah dan agar mereka tidak lemah semangat kerana ketidakberadaan Nabi saw di antara mereka. Usulan ini dipersetujui oleh Nabi saw. Kemudian Rasulullah saw menenangkan jiwa para sahabatnya dengan adanya dukungan dan pertolongan Allah swt, sampai-sampai Rasulullah saw menegaskan kepada mereka: “Di sini tempat kematian si Fulan dan si Fulan (dari kaum Musyrikin)”, seraya meletakkan tapak tangannya di atas tanah. Akhirnya nama-nama yang disebutkan Nabi saw itu ternyata benar bergelimpangan tepat di tempat yang telah ditunjukkan itu. [
Diriwayatkan oleh Muslim, 6/170. ]
Selanjutnya Rasulullah saw dengan khusyuk memanjatkan doa kepada Allah swt pada malam Jumaat tanggal 17 Ramadhan. Di antara doa yang diucapkan adalah:
“Ya Allah, inilah kaum Quraisy yang datang dengan segala kecongkakan dan kesombongannya untuk memerangi Engkau dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, tunaikanlah janji kemenangan yang telah Engkau berikan kepadali. Ya Allah, kalahkan mereka esok hari.”
Beliau terus memanjatkan doa kepada Allah swt dengan merendahkan diri dan khusyuk seraya menengadahkan kedua telapak tangannya ke langit, sehingga kerana merasa iba Abu Bakar berusaha menenangkan hati Nabi saw dan berkata kepadanya: “Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di tangan-Nya, bergembiralah. Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan kepadamu.”
Demikian pula kaum Muslimin, mereka ikut berdoa kepada Allah swt memohon pertolongan dengan penuh ikhlas dan merendah diri di hadapan-Nya. [
Ibnu Hisyam 1/205, Zadul Ma’ad 2/87 dan hadis istighatsah Rasulullah saw kepada Allah swt di dalam perang Badar adalah Muttafaq ‘alaih. ]
Pada suatu pagi Jumaat, tahun kedua Hijrah, mulailah pertempuran antar
a kaum Musyrikin dan kaum Muslimin. Memulai pertarungan ini, Rasulullah saw mengambil segenggam kerikil kemudian dilemparkan kea rah kaum Quraisy seraya berkata: “Hancurlah wajah-wajah mereka”, kemudian meniupkannya ke arah mereka sehingga menimpa mata semua pasukan Quraisy. Selain itu, Allah swt juga mendokong kaum Muslimin dengan mengirim bala bantuan malaikat. [ Hadis tentang dokongan Allah swt kepada kaum Muslimin dengan mengirimkan malaikan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. ]
Akhirnya peperangan dimenangkan oleh kaum Muslimin dengan suatu kemenangan yang besar. Dari pihak kaum Musyrikin, terbunuh 70 orang dan tertawan 70 orang. Sedangkan dari pihak kaum Muslimin gugur menggapai syahid 14 orang.
Mayat-mayat kaum Musyrikin yang terbunuh dalam peperangan ini –termasuk para tokoh mereka- dilemparkan ke dalam sumur tua di Badar. Ketika mayat-mayat itu dilemparkan ke dalamnya, Rasulullah saw berdiri di mulut perigi itu seraya berkata memanggil nama-nama mereka berikut nama bapak-bapaknya:
“Wahai Fulan bin Fulan! Wahai Fulan bin Fulan! Apakah kalian telah berbahagia kerana kalian telah menaati Allah swt dan Rasul-Nya? Sesungguhnya kami telah menerima kebenaran janji Allah swt yang diberikan kepada kami; apakah kalian juga telah menyaksikan kebenaran janji Allah swt kepada kalian?”
Mendengar ini Umar ra bertanya: “Ya Rasulullah, kenapa anda mengajak bicara jasad yang sudah tidak bernyawa?” Beliau menjawab:
“Demi Dzat yang diri Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak lebih mendengar perkataanku daripada mereka.” [
Bukhari 5/8, Muslim seperti 8/163. ]
Kemudian Rasulullah saw meminta pendapat para sahabatnya berkenaan dengan masalah tawanan. Abu Bakar ra mengusulkan supaya Nabi saw membebaskannya dengan cara mengambil tebusan dari mereka sehingga harta tebusan itu diharapkan menjadi pasak kekuatan material bagi kaum Muslimin, disertai harapan mudah-mudahan Allah swt menunjuki mereka. Sementara Umar bin Khattab ra mengusulkan supaya mereka dibunuh saja, kerana mereka adalah tokoh dan kepala kekafiran. Tetapi Nabi saw cenderung kepada pendapat dan usulan Abu Bakar yang member belas kasihan kepada mereka dan mengambil tebusan. Akhirnya pendapat ini dilaksanakan oleh Nabi saw. Tetapi beberapa ayat al-Quran kemudian diturunkan menegur kebijaksanaan Nabi saw tersebut, mendokong pendapat Umar.
Firman Allah swt yang bermaksud: “Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi” sampai kepada ayat yang bermaksud “Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu.” (al-Anfal [8]: 67-69) [
Shahih Muslim, 5/157-158 ]
Senarai 313 Ahli Perang
Badar
Rasulullah s.a.w telah bersabda yang bermaksud:
“Demi jiwa Muhammad yang berada dalam genggaman tanganNYA, pada hari ini tidak
ada seorang pun yang memerangi mereka dengan sabar, mengharap redha ALLAH, dan
maju tanpa mundur melainkan ALLAH memasukkannya ke dalam syurga."
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam al-Maufiri,
berikut adalah senarai Ahli Badar:-
(Kaum Muhajirin)
1. Rasulullah, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim,
2. Hamzah bin Abdul Muthalib bin Hasyim (Singa Allah),
3. Ali bin Abi Talib bin Abdul Muthallib bin Hasyim,
4. Zaid bin Harithah bin Syurahbill bin Kaab bin Abdul Uzza bin Umrul Qais
al-Kalbi,
5. Anasah (bekas hamba Rasulullah s.a.w),
6. Abi Kabsyah (bekas hamba Rasulullah s.a.w),
7. Abi Martsad Kannaz bin Hishn bin Yarbuu’ bin Amr bin Yarbu’ bin Kharsyah bin
Saad bin Tharif bin Jillan bin Ghanm bin Ghani bin Ya’shur bin Saad bin Qais
bin Ailan,
8. Martsad bin Abu Martsad (Kannaz),
9. Ubaidah bin al-Harits bin al-Muthalib,
10. at- Tufail bin al-Harits,
11. al-Hushain bin al-Harits,
12. Misthat atau Auf bin Utsatsah bin Abbad bin al-Muuthalib,
13. Uthman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umaiyyah bin Abdu Syams,
14. Mihsyam atau Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah bin Abdu Syams,
15. Salim (bekas hamba Abu Hudzaifah),
16. Abdullah bin Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mur bin Shabrah bin Murrah bin Kabir
bin Ghanm bin Dudan bin Asad,
17. ‘Ukkasyah bin Mihshan bin Hurtsan bin Qais bin Murrah bin Kabir bin Ghanm
bin Dudan bin Asad,
18. Syuja’ bin Wahb bin Rabi’ah bin Asad bin Shuhaib bin Malik bin Kabir bin
Ghanm bin Dudan bin Asad,
19. ‘Uqbah bin Wahb,
20. Yazid bin Ruqaisy bin Ri’ab bin Ya’mur bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin
Ghanm bin Dudan bin Asad,
21. Abi Sinan bin Mihshan bin Hurtsan bin Qais,
22. Sinan bin Abi Sinan,
23. Muhriz bin Nadhlah bin Abdullah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan
bin Asad,
24. Rabi’ah bin Aktam bin Sakhbarah bin ‘Amr bin Lukaiz, bin Amir bin Ghanm bin
Dudan bin Asad,
25. Tsaqfu bin ‘Amr,
26. Malik bin ‘Amr,
27. Mudlij bin ‘Amr,
28. Abi Makhsyi,
29. ‘Utbah bin Ghazwan bin Jabir bin Wahb bin Nusaib bin Malik bin al-Harits
bin Mazin bin Manshur bin ‘Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin ‘Ailan,
30. Khabbab
31. Az-Zubair bin al-‘Awwam bin Khuwailid bin Asad,
32. Hathib bin Abi Balta’ah,
33. Sa’ad,
34. Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Abdu ad-Daar bin Qushai,
35. Shuwaibith bin Sa’ad bin Huraimalah bin Malik bin ‘Umailah bin as-Sabbaq
bin Abdul ad-Daar bin Qushai,
36. Abdul Rahman bin ‘Auf bin Abdu ‘Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah,
37. Sa’ad bin Abi Waqqash/ Malik bin Uhaib bin Abdul Manaf bin Zuhrah,
38. ‘Umair bin Abi Waqqash,
39. Al-Miqdad bin ‘Amr bin Tha’labah bin Malik bin Rabi’ah bin Tsumamah bin
Mathrud bin Amr bin Sa’ad bin Zuhair bin Tsaur bin Tsa’labah bin Malik bin
as-Syarid bin Hazl bin Qa’isy bin Dueaim bin al-Qain bin Ahwad bin Bahra’ bin
‘Amr bin al-Haf bin Qudha’ah,
40. Abdullah bin Mas’ud bin al-Harits bin Syamkhu bin Mahkzum bin Shahilah bin
Kahil bin al-Harits bin Tamim bin Sa’ad bin Hudzail,
41. Mas’ud bin Rabi’ah bin ‘Amr bin Sa’ad bin Abdul ‘Uzza bin Hamalah bin
Ghalib bin Muhallim bin’A’idzah bin Subay’i bin al-Hun bin Khuzaimah,
42. Dzu as-Syamalain bin Abdu ‘Amr bin Nadhlah bin Ghubsyan bin Sulaim bin
Malkkan bin Afsha bin Haritsah bin ‘Amr bin Amir,
43. Khabbab bin al-Arat,
44. Abu Bakar as-Siddiq, Atiq bin Uthman bin ‘Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad
bin Taim,
45. Bilal bin Rabah,
46. ‘Amir bin Fuhairah,
47. Shuhaib bin Sinan,
48. Thalhah bin ‘Ubaidillah bin Uthman bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim,
49. Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum,
50. Syammas bin Uthman bin as-Syarid bin Suwaid bin Harmi bin ‘Amir bin
Makhzum,
51. al-Arqam bin Abi al-Arqam / Abdul Manaf bin Asad,
52. ‘Ammar bin Yasir,
53. Mu’attib bin ‘Auf bin ‘Amir bin al-Fadhl bin Afif bin Kulaib bin Hubsyiyah
bin Salul bin Ka’ab bin ‘Amr,
54. Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul ‘Uzza bin Riyah bin Abdullah bin
Qurthu bin Razah bin ‘Adiy,
55. Zaid bin Khattab,
56. Mihja’,
57. ‘Amr bin Suraqah bin al-Mu’tamir bin Anas bin Adat bin Abdullah bin Qurthu
bin Riyah bin Rizah bin ‘Adiy bin Ka’ab,
58. Abdullah bin Suraqah,
59. Waqid bin Abdullah bin Abdul Manaf bin ‘Arin bin Tsa’labah bin Yarbu’ bin
Handzalah bin Malik bin Zaid bin Manat bin Tamim,
60. Khauli bin Abi Khauli,
61. Malik bin Abi Khauli,
62. ‘Amir bin Rabi’ah,
63. ‘Amir bin al-Bukair bin Abdul Yalail bin Nasyib bin Ghiyarah,
64. ‘Aqil bin al-Bukair,
65. Khalid bin al-Bukair,
66. Iyas bin al-Bukair,
67. Sa’id bin Zaid bin “amr bin Nufail bin Abdul ‘Uzza bin Abdullah bin Qurthu
bin Riyah bin Rizah bin ‘Adiy bin Ka’ab,
68. Uthman bin Madz’un bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah,
69. as-Sa’ib bin Uthman,
70. Qudamah bin Madz’un,
71. Abdullah bin Madz’un,
72. Ma’mar bin al-Harits bin Ma’mar bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah,
73. Khunais bin Judzafah bin Qais bin ‘Adiy bin Sa’id bin Sahm,
74. Abi Sabrah bn Abi Ruhm bin Abdul ‘Uzza bin Abi Qais bin Abdul Wudd bin
Nashr bin Malik bin Hisl,
75. Abdullah bin Mahkhramah bin Abdul ‘Uzza bin Abi Qais bin Abdu Wudd bin
Nashr bin Malik,
76. Abdullah bin Suhail bin ‘Amr bin Abdu Syams bin Abdul Wudd bin Nashr bin
Malik bin Hisl,
77. ‘Umair bin ‘Auf,
78. Sa’ad bin Khaulah,
79. Abu ‘Ubaidah/ ‘Amir bin Abdullah bin al-Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin
Dhabbah bin al-Harits,
80. ‘Amr bin al-Harits bin Zuhair bin Abi Syaddad bin Rabi’ah bin Hilal bin
Uhaib bin Dhabbah bin al-Harits,
81. Suhail bin Wahb bin Rabi’ah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin al-Harits,
82. Shafwan bin Wahb,
83. ‘Amr bin Abi Sarh bin Rabi’ah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin
al-Harits,
(Kaum Ansar)
84. Sa’ad bin Mu’adz bin an-Nu’man bin Umrul Qais bin Zaid bin Abdul Asyhal,
85. ‘Amr bin Mu’adz bin an-Nu’man,
86. al-Harits bin Aus bin Mu’adz bin an-Nu’man,
87. al-Harist bin Anas bin Rafi’ bin Umru’ul Qais,
88. Sa’ad bin Zaid bin Malik bin ‘Ubaid,
89. Salamah bin Salamah bin Waqash bin Zughbah bin Za’ura,
90. Abbad bin Bisyr bin Waqasy bin Zughbah bin Za’ura,
91. Salamah bin Tsabit bin Waqasy,
92. Rafi’ bin Yazid bin Kurs bin Sakan bin Za’ura,
93. al-Harits bin Khazamah bin ‘Adiy bin Ubai bin Ghanm bin Salim bin ‘Auf bin
‘Amr bin ‘Auf bin al-Khazraj,
94. Muhammad bin Maslamah bin Khalid bin ‘Adiy bin Majda’ah bin Haritsah bin
al-Harits,
95. Salamah bin Aslam bin Harisy bin ‘Adiy bin Majda’ah bin Haritsah bin
al-Harits,
96. Abu al-Haitsam bin at-Taiyahan,
97. Ubaid bin Taiyahan,
98. Abdullah bin Sahl,
99. Qatadah bin Nu’man bin Zaid bin ‘Amir bin Sawad,
100. Ubaid bin Aus bin Malik bin Sawad,
101. Nashr bin al-Harits bin ‘Abd,
102. Mu’attiib bin ‘Abd,
103. Abdullah bin Thariq,
104. Mas’ud bin Sa’ad bin ‘Amir bin ‘Adiy bin Jusyam bin Majda’ah bin Haritsah,
105. Abu ‘Absu bin Jabr bin ‘Amr bin Zaid bin Jusyam bin Majda’ah bin Haritsah,
106. Abu Burdah bin Niyar,
107. ‘Ashim bin Tsabit bin Qais bin Ishmah bin Malik bin Amah bin Dhubai’ah,
108. Mu’attib bin Qusyair bin Mulail bin Zaid bin al-Aththaf bin Dzubbai’ah,
109. Abu Mulail bin al-Az’ar bin Zaid bin al-Aththaf bin Dhubai’ah,
110. ‘Amr bin Ma’bad bin al-Az’ar bin Zaid bin al-Athtaf bin Dhubai’ah,
111. Shal bin Hunaif bin Wahb bin al-Ukaim bin Tsa’labah bin Majda’ah bin
al-Harits bin ‘Amr,
112. Mubasysyir bin Abdul Mundzir bin Zanbar bin Zaid bin Umaiyyah,
113. Rifa’ah bin Abdul Mundzir bin Zanbar,
114. Sa’ad bin Ubaid bin an-Nu’man bin Qais bin ‘Amr bin Zaid bin Umaiyyah,
115. ‘Uwaim bin Sa’idah,
116. Rafi’ bin ‘Unjadah,
117. ‘Ubaid bin Abu ‘Ubaid,
118. Tsa’labah bin Hathib,
119. Abi Lubabah bin Abdul Mundzir,
120. al-Harits bin Hathib,
121. Unais bin Qatadah bin Rabi’ah bin Khalid bin al-Harits bin ‘Ubaid,
122. Ma’nu bin ‘Adi bin al-Jaddi bin al-‘Ajlan bin Dhubai’ah,
123. Tsabit bin Aqram bin Tsa’labah bin ‘Adiy bin al-‘Ajlan,
124. Abdullah bin Salamah bin Malik bin al-Harits bin ‘Adiy bin al-‘Ajlan,
125. Zaid bin Ashlam bin Tsa’labah bin ‘Adiy bin al-‘Ajlan,
126. Rab’iy bin Rafi’ bin Zaid bin Haritsah bin al-Jaddi bin al-‘Ajlan,
127. ‘Ashim bin ‘Adiy bin al-Jaddi bin al-‘Ajlan,
128. Abdullah bin Jubair bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin al-Burak,
129. ‘Ashim bin Qais bin Tsabit bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin Umru’ul Qais bin
Tsa’labah,
130. Abu Dhayyah bin Tsabit bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin Umru’ul Qais bin
Tsa’labah,
131. Abu Hannah,
132. Salim bin ‘Umair bin Tsabit bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin Umru’ul Qais
bin Tsa’labah,
133. al-Harits bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin Umru’ul Qais bin Tsa’labah,
134. Khawwath bin Jubair bin an-Nu’man,
135. Mundzir bin Muhammad bin ‘Uqbah bin Uhaihah bin al-Julah bin al-Harisy bin
Jahjaba bin Kulfah,
136. Abu ‘Aqil bin Abdullah bin Tsa’labah bin Baihan bin ‘Amir bin al-Harits
bin Malik bin ‘Amir bin Unaif bin Jusyam bin Abdullah bin Taim bin ‘Irasy bin
‘Amr bin ‘Umailah bin Qasmil,
137. Sa’ad bin Khaitsamah bin al-Harits bin Malik bin Ka’ab bin an-Nahhath bin
Ka’ab bin Haritsah bin Ghanm,
138. Mindzir bin Qudamah bin ‘Arfajah,
139. Malik bin Qudamah bin ‘Arfajah,
140. al-Harits bin ‘Arfajah,
141. Tamim,
142. Jabr bin ‘Atik bin al-Harits bin qais bin Haisyah bin al-Harits bin
Umaiyyah bin Mua’wiyyah,
143. Malik bin Numailah,
144. an-Nu’man bin ‘Ashar,
145. Kharijah bin Zaid bin Abii Zuhair bin Malik bin Umru’ul Qais,
146. Sa’ad bin Rabi’ bin ‘Amr bin Abi Zuhair bin Malik Bin Umru’ul Qais,
147. Abdullah bin Rawahah bin Tsa’labah bin Umru’ul Qais bin ‘Amr bin Umru’ul
Qais,
148. Khallad bin Suwaid bin Tsa’labah bin ‘Amr bin Haritsah bin Umru’ul Qais,
149. Basyir bin Sa’ad bin Tsa’labah bin Khilas bin Zaid,
150. Simak bin Sa’ad,
151. Subay’i bin Qais bin ‘Aisyah bin Umaiyyah bin Malik bin ‘Amir bin ‘Adiy,
152. ‘Abbad bin Qais bin ‘Aisyah,
153. Abdullah bin ‘Absu,
154. Yazid bin al-Harits bin Qais bin Malikk bin Ahmar,
155. Khubaib bin Isaf bin ‘Itabah bin ‘Amr bin Khadij bin ‘Amir bin Jusyam,
156. Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah bin Abdu Rabbih bin Zaid,
157. Huraits bin Zaid bin Tsa’labah,
158. Sufyan bin Basyir,
159. Tamim bin Ya’ar bin Qais bin ‘Adiy bin Umaiyyah bin Jidarah,
160. Abdullah bin Umair,
161. Zaid bin al-Muzayyin bin Qais bin ‘Adi bin Umaiyyah bin Jidarah,
162. Abdullah bin ‘Urfuthah bin ‘Adiy bin Umaiyyah bin Jidarah,
163. Abdullah bin Rabi’ bin Qais bin ‘Amr bin ‘Abbad bin al-Abjar,
164. Abdullah bin Abdullah bin Ubai bin Malik bin al-Harits bin ’Ubaid,
165. ‘Aus bin Khauli bin Abdullah bin al-Harits bin ‘baid,
166. Zaid bin Wadi’ah bin ‘Amr bin Qais bin Jaz’i,
167. ‘Uqbah bin Wahb bin Kaladah,
168. Rifa’ah bin ‘Amr bin Zaid bin Tsa’labah bin Malik bin Salim bin Ghanm,
169. ‘Amir bin Salamah bin ‘Amir,
170. Abu Humaidhah bin Ma’bad bin ‘Abbad bin Qusyair bin al-Muqaddam bin Salim
bin Ghanm,
171. ‘Amir bin Bukair,
172. Naufal bin Abdullah bin Nadhlah bin Malik bin al-‘Ajlan,
173. ‘Ubadah bin as-Shamit bin Qais bin Ashram,
174. Aus bin as-Samit,
175. an-Nu’man bin Malik bin Tsa’labah bin Da’du,
176. Tsabit bin Hazzal bin ‘Amr bin Qaryusy,
177. Malik bin ad-Dukhsyum bin Mardhakhah,
178. Rabi’ bin Iyas bin Amr bin Ghanm bin Umaiyyah bin Laudzan,
179. Waraqah bin Iyas,
180. ‘Amr bin Iyas,
181. al-Mujadzdzar bin Dziyad bin ‘Amr bin Zumzumah bin ‘Amr bin ‘Umarah bin
Malik bin Ghushainah bin ‘Amr bin Butairah bin Masynuwwi bin Qasr bin Taim bin
Irasy bin ‘Amir bin Ilhaf bin Qudha’ah,
182. ‘Ubadah bin al-Khasykhasy bin ‘Amr bin Zumzumah,
183. Nahhab bin Tsa’labah bin Khazamah bin Ashram bin ‘Amr bin ‘Ammarah,
184. Abdullah bin Tsa’labah bin Khazamah bin Ashram,
185. ‘Uthbah bin Rabi’ah binKhalid bin Mu’awiyyah,
186. Abu Dujanah Simak bin Kharasyah,
187. al-Mundzir bin ‘Amr bin Khunais bin Haritsah bin Laudzan bin Abdu Wudd bin
Zaid bin Tsa’labah,
188. Abu ‘Usaid bin Malik bin Rabi’ah bin al-Badiyyi,
189. Malik bin Mas’ud,
190. Abdu Rabbih bin Haq bin Aus bin Waqasy bin Tsa’labah,
191. Ka’ab bin Himar bin Tsa’labah,
192. Dhamrah bin ‘Amr,
193. Ziyad bin ‘amr,
194. Basbas bin ‘Amr,
195. Abdullah bin ‘Amir,
196. Khiras bin as-Shimmah bin ‘Amr bin al-Jamuh bin Zaid bin Haram,
197. al-Hubab bin al-Mundzir bin al-Jamuh bin Zaid bin Haram,
198. ‘Umair bin al-Humam bin al-Jamuh bin Zaid bin Haram,
199. Tamim (bekas hamba Khirasy bin as-Shimmah),
200. Abdullah bin ‘Amr bin Haram bin Tsa’labah bin Haram,
201. Muadz bin ‘Amr bin al-Jamuh,
202. Muawwidz bin ‘Amr bin al-Jamuh bin Zaid bin Haram,
203. Khallad bin ‘Amr bin al-Jamuh bin Zaid bin Haram,
204. ‘Utbah bin ‘Amir bin Nabi bin Zaid bin Haram,
205. Habib bin Aswad (Bekas hamba Bani Haram),
206. Tsabit bin Tsa’labah bin Zaid bin al-Harits bin Haram bin Tsa’labah,
207. ‘Umair bin al-Harits bin Tsa’labah bin al-Harits bin Haram,
208. Bisyr bin al-Barra’ bin Ma’rur bin Shakhr bin Malik bin Khansa’,
209. at-Thufail bin Malik bin Khansa’,
210. at-Thufail bin an-Nu’man bin Khansa’,
211. Sinan bin Shaifi bin Sakhr bin Khansa’,
212. Abdullah bin al-Jadd bin Qais bin Shakhr bin Khansa’,
213. ‘Utbah bin Abdullah bin Sakhr bin Khansa’,
214. Jabbar bin Shakhr bin Umaiyyah bin Khansa’,
215. Kharijah bin Humaiyir,
216. Abdullah bin Humaiyir,
217. Yazid bin al-Mundzir bin Sarh bin Khunas,
218. Ma’qil bin al-Mundzir bin Sarh bin Khunas,
219. Abdullah bin an-Nu’man bin Baldamah,
220. ad-Dhahhak bin Haritsah bin Zaid bin Tsa’labah bin ‘Ubaid bin ‘Adiy,
221. Sawad bin Zuraiq bin Tsa’labah bin ‘Ubaid bin ‘Adiy,
222. Ma’bad bin Qais bin Sakhr bin Haram bin Rabi’ah bin ‘Adiy bin Ghhanm bin
Ka’ab bin Salimah,
223. Abdullah bin Qais bin Shakhr bin Haram bin Rabi’ah bin ‘Adi bin Ghanm,
224. Abdullah bin Abdul Manaf bin an-Nu’man,
225. Jabir bin Abdullah bin Ri’ab bin an-Nu’man,
226. Khulaidah bin Qais bin an-Nu’man,
227. an-Nu’man bin Sinan (bekas hamba Bani Nu’man),
228. Yazid bin ‘Amir bin Hadidah (Abu al-Mundzir),
229. Sulaim bin ‘Amr bin Hadidah,
230. Quthbah bin ‘Amir bin Hadidah,
231. ‘Antarah (bekkas hamba Sulaim bin ‘Amr),
232. ‘Absu bin ‘Amir bin ‘Adiy,
233. Tsa’labah bin Ghanamah bin ‘Adiy,
234. Abu al-Yasar atau Ka’ab bin ‘Amr bin ‘Abbad bin ‘Amr bin Ghanm bin Sawad,
235. Sahl bin Qais bin Abi Ka’ab bin al-Qain bin Ka’ab bin Sawad,
236. ‘Amr bin Thalq bin Zaid bin Umaiyyah bin Sinan bin Ka’ab bin Ghanm,
237. Mu’adz bin Jabal bin ‘Amr bin Aus bin ‘A’idz bin ‘Adiy bin Ka’ab bin ‘Adi
bin ‘Udaiyyi bin Sa’ad bin ‘Ali bin Asad bin Saridah bin Tazid bin Jusyam bin
al-Khazraj bin Haritsah bin Tsa’labah bin ‘Amr bin ‘Amir,
238. Qais bin Mihshan bin Khalid bin Mukhallad,
239. Abi Khalid atau al-Harits bin Qais bin Khalid bin Mukhallad,
240. Jubair bin Iyas bin Khalid bin Mukhallad,
241. Abu ‘Ubadah atau Sa’ad bin Uthman bin Khaladah bin Mukhallad,
242. ‘Uqbah bin Uthman bin Khaladah bin Mukhallad,
243. Dzakwan bin Abdu Qais bin Khaladah bin Mukhallad,
244. Mas’ud bin Khaladah bin ‘Amir bin Mukhallad,
245. ‘Abbad bin Qais bin ‘Amir bin Khalid,
246. As’ad bin Yazid bin al-Fakih bin Zaid bin Khaladah,
247. al-Fakih bin Bisyr bin al-Fakih bin Zaid bin Khaladah,
248. Mu’adz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah,
249. ‘A’idz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah,
250. Mas’ud bin Sa’ad bin Qais bin Khaladah,
251. Rifa’ah bin Rafi’ bin al-‘Ajlan,
252. Khallad bin Rafi’ bin Malik bin ‘Ajlan,
253. ‘Ubaid bin Zaid bin ‘Amir bin al-‘Ajlan,
254. Ziyad bin Lubaid bin Tsa’labah bin Sinan bin ‘Amir bin ‘Adiy bin Umaiyyah
bin Baydhah,
255. Farwah bin ‘Amr bin Wazfah bin ‘Ubaid bin ‘Amir bin Baydhah,
256. Khalid bin Qais bin Malik bin al-‘Ajlan bin ‘Amir bin Baydhah,
257. Rujailah bin Tsa’labah bin Khalid bin Tsa’labah bin ‘Amir bin Bayadhah,
258. ‘Athiyyah bin Nuwairah bin ‘Amir bin ‘Athiyyah bin ‘Amir bin Bayadhah,
259. Khulaifah bin ‘Adiy bin ‘Amr bin Malik bin ‘Amir bin Fuhairah bbin
Bayadhah,
260. Rafi’ bin al-Mu’alla bin Laudzan bin Haritsah bin ‘Adiy bin Zaid bin
Tsa’labah bin Zaid Manat bin Habib,
261. Abi Ayyub Khalid bin Zaid bin Kulaib bin Tsa’labah,
262. Tsabit bin Khalid bin an-Nu’man bin Khansa’ bin ‘Usairah,
263. ‘Umarah bin Hazm bin zaid bin Laudzan bin ‘Amr,
264. Suraqah bbiin Ka’ab bin Abdul ‘Uzza bin Ghaziyyah bin ‘Amr,
265. Haritsah bin an-Nu’man bin Zaid bin ‘Ubaid,
266. Sulaim bin Qais bin Qahdu bin Qais bin ‘Ubaid,
267. Suhail bin Rafi’ bin Abi ‘Amr bin ‘A’idz,
268. ‘Adiy bin Abu az-Zaghba’,
269. Mas’ud bin Aus bin Zaid,
270. Abu Khuzaimah bin Aus bin Zaid bin Ashram bin Zaid,
271. Rafi’ bin al-Harits bin Sawad bin Zaid,
272. ‘Auf bin al-Harits bin Rifa’ah bin Sawad,
273. Mu’awwidz bin al-Harits bin Rifa’ah bin Sawad,
274. Mu’adz bin al-Harits bin Rifa’ah bin Sawad,
275. an-Nu’man bin ‘Amr bin Rifa’ah bin Sawad,
276. ‘Amir bin Mukhallad bin al-Harits bin Sawad,
277. Abdullah bin Qais bin Khalid bin Khaladah bin al-Harits bin Sawad,
278. ‘Ushaimah,
279. Wadi’ah bin ‘Amr,
280. Tsabit bin ‘Amr bin Zaid bin ‘Adiy bin Sawad,
281. Abu al-Hamra’ (bekas hamba al-Harits),
282. Tsa’labah bin ‘Amr bin Mihshan bin ‘Amr bin ‘Atik,
283. Sahl bin ‘Atik bin ‘Amr bin Nu’man bin ‘Atik,
284. al-Harits bin as-Shimmah bin ‘Amr bin ‘atik,
285. Ubai bin Ka’ab bin Qais,
286. Anas bin Mu’adz bin Anas bin Qais,
287. Aus bin Tsabit bin al-Mundzir bin Haram bin ‘Amr bin Zaid Manat bin ‘Adiy,
288. Abu Syeikh Ubai bin Tsabit bin al-Mundzir bin Haram bin ‘Amr bin Zaid
Manat bin ‘Adiy,
289. Abi Thalhah atau Zaid bin Sahl bin al-Aswad bin Haram bin ‘Amr bin Zaid
Manat bin ‘Adiy,
290. Haritsah bin Suraqah bin al-Harits bin ‘Adiy bin Malik bin ‘Adiy bin
‘Amir,
291. ‘Amr bin Tsa’labah bin Wahb bin ‘Adiy bin Malik bin ‘Adiy bin ‘Amir,
292. Salith bin Qais bin ‘Amr bin ‘Atik bin Malik bin ‘Adiy bin ‘Amir,
293. Abi Salith atau ‘Usairah bin ‘Amr,
294. ‘Amr Abi Kharijah bin Qais bin Malik bin ‘Adiy bin ‘Amir,
295. Tsabit bin Khansa bin ‘Amr Malik bin ‘Adiy bin ‘Amir,
296. Muhriz bin ‘Amir bin Malik bin ‘Adiy bin ‘Amir,
297. Sawad bin Ghaziyyah bin Uhaib,
298. Abi Zaid bin Qais bin Sakan bin Qais bin Za’ura bin Haram,
299. Abi al-‘Awar bin al-Harits bin Dzalim bin Absu bin Haram,
300. Sulaim bin Milhan/ Malik bin Khalid bin Zaid bin Haram,
301. Haram bin Milhan,
302. Qais bin Abi Sha’sha’ah / ‘Amr bin Zaid bin ‘Auf,
303. Abdullah bin Ka’ab bin ‘Amr bin ‘Auf,
304. ‘Ushaimah,
305. Abu Daud ‘Umair bin ‘Amir bin Malik bin Khansa’,
306. Suraqah bin ‘Amr bin Athiyyah bin Khansa’,
307. Qais bin Mukhallad bin Tsa’labah bin Shakhr bin Habib bin al-Harits bin
Tsa’labah,
308. an-Nu’man bin Abdu ‘Amr bin Mas’ud,
309. Dhahhak bin Abdu Amr bin Mas’ud,
310. Sulaim bin al-Harits bin Tsa’labah bin Ka’ab bin Haritsah bin Dinar,
311. Jabir bin Khalid bin Abdul Asyhal bin Haritsah,,
312. Sa’ad bin Suhail bin Abdul Asyhal,
313. Ka’ab bin Zaid bin Qais,
314. Bujair bin Abi Bujair,
Kaum Muhajirin terdiri daripada lapan puluh tiga (83) orang.
Kaum Ansar dari kaum Aus seramai enam puluh satu (61) orang.
Kaum Ansar dari kaum Khazraj seramai seratus tujuh puluh (170) orang.